Tari Wayang Topeng Malangan yang di tarikan oleh Dani Arifianto seorang penggerak Republik Gubuk dari Divisi Sanggare Arek Jabung dan Preman Mengajar menjadi persembahan untuk para KELANA BRANG WETAN yang terdiri mari mahasiswa EA, COMDEV dan masyarakat binaan serta dampingan dari Yayasan KARYA SALEMBA EMPAT saat berkelana ke Rumah Pergerakan Republik Gubuk di Kec Jabung.
Perjumpaan hampir 40 orang penggerak di rumah kecil RG yang disitu ada karya-karya serta usaha kecil dari para penggerak RG mulai dari Topeng Malangan, udeng, sablon kaos, cerita bergambar hingga kopi terasa menjadi perjumpaan yang luar biasa.
Sharing dan njagong santai bersama membedah semua potensi yang ada di Republik Gubuk serta kecamatan Jabung benar-benar menjadi obrolan berbobot.
Melihat Lyhonk seorang seniman ukir topeng malangan yang sedang mengukir kayu tentu menjadi sajian bagus agar tim Kelana Brang Wetan tahu proses pembuatan topeng secara langsung.
Naik angkot mulai dari Hotel Same sampai Rumah Pergerakan RG lalu berlanjut ke Poncokusumo pasti menjadi pengelanaan yang unik dan menyenangkan.
Dari Jabung menuju Poncokusumo yang dilewatkan bukan di jalan raya tapi lewat jalan kampung sambil melewati persawahan, pemandangan alam dan tempat-tempat penting serta jalan yang lumayan ekstrem menjadi berkesan bagi tim.
Tempat pertama yang dikunjungi saat di Poncokusumo adalah Rumah Jamur Ayu yang di inisiasi oleh Pak Manto sebagai pemiliknya dan lebih pantas kalo disebut "Kampus Jamur".
Tentu pantas karena tempat bisa menjadi tempat belajar jamur. Mulai dari budi dayanya, edukasinya hingga produk-produk dari hasil pengolahan jamur yang tentu punya nilai ekonomi sangat tinggi. Di tempat ini juga ada resto dengan berbagai menu hasil dari pengolahan jamur.
Tim Kelana Brang Wetan yang sharing dengan Pak Manto sebagai owner mendapat banyak wawasan, masukan, pengetahuan tentang jamur dari hulu hingga hilir.
Kelompok masyarakat binaan KSE yang dari Semarang kebetulan juga membuat usaha budi daya jamur.
Pak Manto yang rela berbagi ilmu membuat sharing naik tingkat menjadi networking karena beliau mau bekerja sama serta bersedia mendampingi siapapun yang ingin membangun usaha jam ur (developing).
Tempat berikutnya adalah Ledok ombo, sebuah tempat asri ditengah hutan poncokusumo.
Ada warung kopi bernuansa tradisional jawa tapi bernama Jepang, ASHITABA.
Kenapa..? karena warung ini juga fokus membudidayakan bunga Ashitaba dari Jepang yang punya manfaat dan kegunaan bagi kesehatan.
Rumah Adat Poncokusumo jadi tempat terakhir yang dikunjungi. Rumah yang masih menggunakan gebyok kayu jati sebagai bahan utama dengan ukiran-ukiran yang luar biasa tentu akan menjadi sangat menarik sebagai tempat wisata adat dan edukasi.
Tujuan dari pengelanaan ini adalah melihat semua potensi yang ada mulai dari jabung n poncokusumo yang kemudian tim Kelana bisa ikut membantu membuat program, konsep, pola atau sistem dalam usaha mengembangkan potensi yang ada.
Yang kemudian pengembangan potensi itu memberi dampak positif dan termasuk dampak positif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakatnya.
Ini seperti istilah SAYAN dalam tradisi tengger yang bermakna membantu dengan sukarela, bergotong royong, bergerak bersama.
Sayan di masyarakat tengger biasa dilakukan saat ada warga yang membangun rumah, punya hajat atau ada kegiatan besar. Dan itu dilakukan dengan sukarela atas nama saling mengapresiasi, menghargai, menghormati, menjaga kerukunan.
"Sendiri bisa membuat pengelanaan menjadi lebih cepat. Tapi bersama akan membuat perjalanan menjadi lebih jauh"
Dan KELANA SAYAN adalah gerak bersama-sama untuk membuat semua yang kita lakukan bisa lebih jauh dan membawa dampak positif hingga jauh di masa depan.
selamat Sayan
jubir RG