Awal muta melihat keadaan masyarakat terkhusus untuk anak-anak kecil yang kurang tersentuh pendidikan. Memang tidak bisa kita salahkan dari faktor usia yang masih anak-anak kesibukan mereka hanya bermain dan bermain, akan tetapi dengan seiring waktu berjalan kesibukan anak-anak mulai menjadi kebiasaan yang justru tidak bisa ditinggalkan. Maka tergeraklah sekelompok anak untuk membuat sebuah gubuk yang saat itu hanya dari bambu yang tidak kuat.
Kemudian hal itu menggerakkan hati seorang ayah yaitu Bapak Udi Nursyo yang akrab di panggil Pak Nur untuk membuatkan sebuah gubuk kecil di depan rumahnya yang dibantu oleh pemuda-pemuda sekitar kediaman
Bapak Nur. Terbukany a keinginan Pak NU membuatkan gubuk bagi anak-anak desa kemantren ini lantaran termotivasi oleh Bapak Fachrul Alamsyah yang akrab di panggil Gus Irul. Pak Nur bercerita bahwa anak-anak sering bermain ke Gubuk Baca Lentera Negeri yang bertempat di kediaman Gus Irul yang berada di Desa Sukolilo. Dengan jarak tempuh sekitar 200 meter anak-anak sering bermain dan belajar di gubuk tersebut, kama hal itulah Pak Nur bersama pemuda Desa Kemantren berinisiatif membuatkan gubuk kecil yang diberi nama EKALAYA.
Berdasarkan sejarah Jawa nama Ekalaya diambil dari nama salah satu tokoh wayang yang dulunya ingin belajar memanah untuk menghadapi peperangankepada guru Drona. Namun Ekalaya tidak diterima oleh gurunya sebagai muridnya karena berasal dari golongan Nishada. Akhirnya Ekalaya belajar memanah sendiri sampai menjadi pemanah hebat.
Suatu ketika guru Drona dan muridnya berburu ke hutan dan mereka menemukan seekor anjing yang datang ke meraka dengan mulut tertusuk anak panah. Singkat cerita, guru Drona dan muridnya mengikuti jejak anjing. tersebut, sammpailah mereka dan berjumpa dengan Ekalaya yang sedang belajar memanah. Guru Drona menyadari bahwa ketrampilan memanah Ekalaya jauh diatasnya. Secara garis besar EKALAYA adalah seorang murid yang tidak diakui oleh Gurunya namun ia tetap patuh dengan gurunya dan terus belajar hingga menjadi murid yang cerdas dan kreatif. Pemuda desa kemantren kini mempunyai peran serta tanggung jawab untuk menjaga adik-adiknya berkreatiftas dan belajar, peran masysarakat yang sangat antusias menyaksikan aksi tampilan tari tradisional sebagai aktivitas setelah belajar menjadi kepercayaan sendiri bagi para orang tua terhadap EKALAYA yang menciptakan kegiatan positif untuk menghilangkan kejenuhan setelah belajar.
Sumber : Buku Ensiklopedia Kenduri Cinta |Mahasiswa IKS UMM|
Editor : M. Ainul Yakin